"Jadilah warga SH Terate yang mampu menjaga marwah organisasi".   SH Terate Cabang Ponorogo, TERDEPAN MEMBANGUN PERSAUDARAAN.   Ketua SH Terate Cabang Ponorogo Menghimbau kepada seluruh warga SH Terate untuk turut menjaga Kamtibmas pada Pengesahan Warga Baru di Bulan Suro.

Ribuan Warga SH Terate Ranting Ngebel Gelar Tirakat dan Lampah Ratri di Malam Satu Suro

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp

SHTERATEPONOROGO.OR.ID: Ribuan warga Persaudaraan Setia Hati Terate (SH Terate) Ranting Ngebel Cabang Ponorogo Pusat Madiun, bersama masyarakat setempat mengikuti prosesi spiritual Tirakat dan Lampah Ratri di malam 1 Suro, Kamis (26/6/2025). Kegiatan berlangsung khidmat di dua titik utama: Makam Nyi Latung di Balebatur, Desa Ngebel, serta Pendopo Kecamatan Ngebel, Telaga Ngebel.

Tirakat malam satu Suro menjadi momen istimewa bagi masyarakat Jawa, khususnya warga SH Terate, sebagai bentuk permohonan keselamatan, keberkahan, dan pembersihan diri dalam menyambut Tahun Baru Jawa 1 Suro 1959 atau 1 Muharram 1447 H.

Tirakat di Makam Nyi Latung, Warisan Leluhur yang Dihidupkan

Foto: Dimas Yudistira Agus Tyansyah/Humas SH Terate Ranting Ngebel.

Dimulai pukul 19.22 WIB, prosesi pertama digelar di area Pasar Balebatur, tepat di Makam Nyi Latung, tokoh leluhur yang dihormati masyarakat setempat. Rangkaian acara diisi dengan ziarah makam, istighosah, serta doa bersama, yang dipimpin oleh tokoh spiritual dan sesepuh SH Terate Ranting Ngebel.

“Ini bukan hanya tradisi, tapi juga bentuk penghormatan pada leluhur. Dengan tirakat, kami berharap diberi keselamatan dan hati yang bersih dalam menjalani tahun baru,” ujar Ketua SH Terate Ranting Ngebel Kang Mas Jauhari.

Ribuan warga dari berbagai penjuru Ngebel dan sekitarnya hadir tanpa paksaan, menunjukkan betapa kuatnya nilai spiritual dan kebersamaan dalam budaya Jawa.

Lampah Ratri di Telaga Ngebel: Menyusuri Malam dengan Doa dan Obor

Foto: Dimas Yudistira Agus Tyansyah/Humas SH Terate Ranting Ngebel.

Tak berhenti di situ, pukul 21.22 WIB prosesi dilanjutkan dengan Lampah Ratri di sekitar Pendopo Kecamatan Ngebel, Telaga Ngebel. Ribuan peserta berjalan kaki dalam keheningan, membawa obor, dan melantunkan doa dalam hati. Lampah Ratri menjadi simbol perjalanan spiritual, membersihkan batin dari segala hal negatif.

“Berjalan dalam diam dengan doa-doa adalah bentuk pendekatan diri pada Tuhan. Ini tentang refleksi dan penguatan spiritual,” ungkap Kang Mas Jauhari.

Semangat dan Partisipasi Warga Tinggi

Partisipasi masyarakat sangat luar biasa. Tidak hanya warga SH Terate, tetapi juga tokoh masyarakat, perangkat desa, pemuda karang taruna, hingga anak-anak turut mengikuti acara dengan tertib dan semangat. Tanpa komando keras, barisan tetap rapi, dan suasana penuh kekhidmatan menyelimuti Ngebel malam itu.

Nilai Spiritual dan Harapan Baru

Tirakat dan Lampah Ratri bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan media introspeksi diri dan penyucian jiwa. Masyarakat meyakini bahwa melalui ritual ini, mereka dapat:

  • Menyucikan hati dari dosa-dosa masa lalu
  • Memasuki tahun baru dengan ketenangan batin
  • Memperkuat kesadaran spiritual dan empati sosial
  • Menyelaraskan kehidupan duniawi dan spiritual

Simbol Ketahanan Tradisi dan Kekuatan Budaya

Kegiatan ini menunjukkan bahwa tradisi spiritual Jawa masih sangat relevan dan dicintai masyarakat. Di tengah modernisasi, nilai-nilai leluhur tetap hidup dan dijaga bersama sebagai warisan budaya yang menyatukan dan menenangkan.

Dengan semangat satu hati dan satu tujuan, Tirakat dan Lampah Ratri malam Satu Suro 2025 menjadi pengingat bahwa ketenangan jiwa, kebersamaan, dan rasa syukur adalah kekuatan utama dalam menghadapi kehidupan yang terus bergerak maju. (Dms)

Editor: Admin